Total Tayangan Halaman

Rabu, 17 September 2014

Ayo Hujan-Hujanan…

Ayo Hujan-Hujanan…
Ditulis oleh ustadz Budi Ashari (www.parentingnabawiyah.com)
 
Saya mengajak siapapun. Pasti yang paling senang anak-anak kita. Ayo nak, hujan-hujanan....
Karena ini bukan sekadar sebuah kesenangan bermain dengan rintik dari langit yang memang sangat menyenangkan. Juga bukan sekadar penelitian ilmiah tentang manfaat hujan, yang baru hangat dibahas hari-hari ini.
Hal ‘sepele’ ini perlu dibahas karena anak-anak pasti senang hujan-hujanan. Sementara para orangtua hari ini cenderung berkata: jangan, nanti sakit, nanti masuk angin, nanti demam, nanti pilek, dst...
Apakah itu konsep parenting yang benar?

Dengarkan kisah Anas bin Malik radhiallahu anhu berikut ini:
قَالَ أَنَسٌ: أَصَابَنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَطَرٌ، قَالَ: فَحَسَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبَهُ، حَتَّى أَصَابَهُ مِنَ الْمَطَرِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا؟ قَالَ: «لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى»
Anas berkata: Kami bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kehujanan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyingkap pakaiannya agar terkena air hujan. Kami bertanya: Ya Rasulullah, mengapa kau lakukan ini?
Beliau menjawab, “Karena ia baru saja datang dari Tuhannya ta’ala.” (HR. Muslim)
An Nawawi menjelaskan hadits ini,
“Maknanya bahwa hujan adalah rahmat, ia baru saja diciptakan Allah ta’ala. Maka kita ambil keberkahannya. Hadits ini juga menjadi dalil bagi pernyataan sahabat-sahabat kami bahwa dianjurkan saat hujan pertama untuk menyingkap –yang bukan aurat-, agar terkena hujan.” (Al Minhaj)
Ibnu Rajab dalam Fathul Bari menyebutkan bahwa para sahabat Nabi pun sengaja hujan-hujanan seperti Utsman bin Affan. Demikian juga Abdullah bin Abbas, jika hujan turun dia berkata: Wahai Ikrimah keluarkan pelana, keluarkan ini, keluarkan itu agar terkena hujan. Ibnu Rajab juga menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib jika sedang hujan, keluar untuk hujan-hujanan. Jika hujan mengenai kepalanya yang gundul itu, dia mengusapkan ke seluruh kepala, wajah dan badan kemudian berkata: Keberkahan turun dari langit yang belum tersentuh tangan juga bejana.
Abul Abbas Al Qurthubi juga menjelaskan,
“Ini yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk mencari keberkahan dengan hujan dan mencari obat. Karena Allah ta’ala telah menamainya rahmat, diberkahi, suci, sebab kehidupan dan menjauhkan dari hukuman. Diambil dari hadits: penghormatan terhadap hujan dan tidak boleh merendahkannya.” (Al Mufhim)
Bahkan para ulama; Al Bukhari dalam Shahihnya dan Al Adab Al Mufrod, Muslim dalam Shahihnya, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubro. Semuanya menuliskan bab khusus dalam kitab-kitab hadits mereka tentang anjuran hujan-hujanan.
Apa masih ada yang sangsi?
Bahwa hujan-hujanan dianjurkan...
Mengapa kita menuduh hujan yang berkah sebagai sumber malapetaka??
Kita sebagai orangtua tentu bisa mengamati kebugaran anak kita hari itu. Saat hujan turun. Kalau mereka tidak terlalu bugar kita bisa melarangnya. Tetapi kalau mereka sedang sehat dan bugar, mengapa kita larang. Tak usah khawatir. Hujan adalah keberkahan. Adalah kesucian. Hujan adalah pengirim ketenangan. Hujan bahkan penghilang kotornya gangguan syetan.
Selesai hujan-hujanan, silakan disuruh mandi, mengguyur kepalanya, minum madu, habbatus sauda’ dan lainnya. Agar kekhawatiran itu pergi. Dan keberkahan lah yang telah mengguyur kepala dan sekujur badan mereka.
Sudah siap?
Ayo...

Senin, 15 September 2014

Ibu Profesional

Assalamualaykum Warrohmatullohi Wabarokatuh...

Hari ini pertama kali mendaftar menjadi ibu professional di komunitas www.ibuprofesional.com . Daftar pertama kali jadi member disana, walaupun belum menjadi ibu, in syaa Allah semangat itu ada. 

Kenapa saya tertarik menjadi ibu profesional?
Jadi, ditulis dalam tulisan sebelumnya. Saya pernah mengikuti seminar yang mana pengisi acara nya itu ibu Septi PW. Nah, kebetulan beliaupun yang memulai komunitas ibu profesional. Karena semangat ingin menjadi ibu, saya sadar sekali butuh ilmu. Saya sadar sekali harus punya komunitas. Saya sadar sekali harus punya mentor. Oleh karena itu saya sengaja mendaftarkan diri saya untuk bergabung di komunitas ini.

Yang membuat saya juga tertarik dengan komunitas ini adalah ada kuliah online maupun offline menjadi ibu. Keren banget kan. Menurut saya untuk menjadi ibu pun butuh ilmu. Suka sedih kalau yang menganggap remeh tugas mulia ini. Seakan-akan tugas ini, tugas menjadi ibu itu tugas yang sebelah mata. Padahal kan tugasnya seumur hidup tanpa digaji dan dibayar.

Oh iya, di komunitas ibu profesionalpun ada institut nya loh. Institut Ibu Profesional. Ah keren banget ya. Kalau mau lebih jelas dan lengkap, langsung meluncur ya ke portal resminya. Oh iya, disini belajarnya tiap hari rabu jam 9 pagi selama 1 jam. Jadi ibu luangkan waktunya ya. Karena disini kita belajar. Ada kurikulumnya juga loh. hehehe...


My Plan....................................

Rencana saya tentunya berkaitan dengan ibu profesional, in syaa Allah akan diusahakan dalam jangka waktu maksimal 1 tahun dari sekarang. Jadi sekarang masih (calon) ibu bekerja, hihihihi....

Btw, langsung kebayang gini...

Nama    : Karlina Ekasari
Pekerjaan : Ibu Profesional
Perusahaan : Jl... (bla bla bla isi alamat rumah sendiri)
Jabatan : Direktur Utama
 
Ah kece kan kartu namanya, hihihi...

Hayuk siapa yang mau ikutan jadi ibu profesional? Cung....

Barakallah fiikum..
Wassalamualaykum Warrohmatullohi Wabarokatuh

Karlina Ekasari,
(Masih) bekerja dan calon ibu profesional, aamiin Allahumma Aamiin

Selasa, 09 September 2014

Ibu bekerja dari kacamata seorang perempuan yang masih bekerja.....

Assalamualaykum Warrohmatullohi Wabarokatuh,

Dear muslimah, apakabarmu hari ini? Semoga senantiasa dalam lindungan Allah ya..

Akhir-akhir ini banyak sekali postingan di FB tentang ibu bekerja vs ibu rumah tangga... Jadi gini di FB itu ada teman yang full of time menjadi ibu sehingga dia akhirnya memberikan masukan tentang ibu. Nah ada yg masih bekerja, biasanya pasti memberikan postingan tentang kebolehan menjadi ibu bekerja, hehehe...

Menurutku sih gini yah...
Bekerja itu bagi perempuan gak wajib alias mubah alias diperbolehkan. Nah, kacamata itu yang harusnya disamakan dulu yah. Jangan mikir kemana-mana dulu yaa... Apalagi sampai bawa profesi bla, bla, dan bla.
Nah yang namanya gak wajib, jadi jangan ngoyo banget dalam bekerja. Toh kita ini sebegai perempuan itu diciptakan sebagai tulang rusuk kok bukan tulang punggung, eh... hehehe....

Jadi kalau ada yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, aku sih salut banget loh. Karena (ini menurut aku yah) biasanya seorang perempuan kalau udah bekerja tuh pasti susah untuk ninggalin kerjaannya. Coba deh di survei, pasti lebih memilih tetap kerja kan. hehehe

Jadi ibu full time itu sulit banget loh. Udah pasti harus menghilangkan gaji yang biasa dia dapat dari perusahaan demi berkarir dirumah, itu gak gampang. Belum lagi faktor orang tua, yang mengingingkan anak perempuan yang kini sudah menjadi isteri orang itu tetap bekerja. Karena rerata perempuan sekarang memang di didik oleh ayah ibu nya untuk bekerja diluar bukan untuk bekerja dirumah.

Semua orang berhak punya pandangannya terhadap hal ini. Banyak yang memihak dengan ibu bekerja tapi tidak sedikit pula yang akhirnya harus memutar impian mereka diluar untuk berkarir dirumah. Menurutku sih fitrah seorang perempuan tetap jadi isteri dan ibu. Walaupun banyaknya perempuan sekarang dijejali oleh pemikiran feminisme dan liberalisme yang akhirnya membuat perempuan kalau gak kerja tuh jadi ngerasa bodoh banget. Masa lulusan sarjana ini hanya jadi ibu rumah tangga.

Eh tapi lihat ayat ini deh..

Wanita pun diperintah oleh Allah untuk menjaga kehormatan mereka di hadapan laki-laki yang bukan suaminya dengan cara tidak bercampur baur dengan mereka, lebih banyak tinggal di rumah, menjaga pandangan, tidak memakai wangi-wangian saat keluar rumah, tidak merendahkan suara dan lain-lain.

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al Ahzâb [33]: 33)

Kalau ditanya aku sendiri, jujur keinginan aku ingin jadi isteri dan ibu. Karena bagiku, masih banyak cara kok utk menghasilkan uang tanpa harus meninggalkan rumah terlalu lama. Pekerjaanku sekarang sebagai seorang bankir di Bank Syariah dengan waktu kerja 8 jam, menurutku berat banget. Gak kebayang, kalau nanti aku berangkat kerja anakku masih tidur. Pas pulang kantor, anakku udah tidur. Jadi yang dilihat pertama kali bukan ibu nya. Entah itu neneknya, susternya, atau mungkin tetangga yang dititipkannya. Ah, sedih gak sih kayak gitu.

Lihat beberapa blog yang memberikan pemahaman tentang ibu bekerja, aku langsung mikir itu pasti yang buat masih bekerja. Soalnya dari bahasanya itu loh. Hehehe....
Kalau aku sih menilai gak usah jauh nanti "gak ada dong yang jadi dokter perempuan atau profesi tanpa perempuan". Duh, aku sih mikirin diriku sendiri baru orang lain. Gak usah sampai sejauh itu.
Toh, masih banyak kok perempuan yang bekerja tanpa kita doktrin menjadi ibu rumah tangga pun. hehehe.  

Tapi memang dalam Islam itu gak ada persamaan gender loh. Yang ada perbedaan gender dengan jalur-jalur pahalanya sendiri. Ini aku ambil kutipan dari perentingnabawiyah.com oleh ustadz Budi Ashari.

DR. Adnan Baharits (Pakar pendidikan anak dari Universitas Ummul Quro Mekah) menyampaikan kalimat kesimpulan tentang posisi laki-laki dan perempuan dalam Islam,
Laki-laki berperan mengembangkan kemampuannya di kehidupan luar dan publik. Ia berperan di dunia ekonomi, manajemen, politik, militer dan lainnya.
Adapun wanita berperan mengembangkan kemampuannya di kehidupan dalam yang khusus. Ia berperan dalam mendidik dan menjaga keturunan, menjaga eksistensi wanita.

Tetapi ada wilayah sempit di antara dua kehidupan; luar dan dalam (rumah) yang memerlukan peran keduanya bersama-sama.
Hidup ini tidak bisa dilepaskan dari peran laki-laki dalam mendidik anak-anak dan menjaga keluarga. Sementara kehidupan di luar (rumah) tidak bisa dilepaskan dari peran perempuan di dunia pendidikan, keperawatan/kesehatan, peran sosial dan lainnya.
Jadi, laki-laki tidak boleh menghabiskan dirinya berperan di dalam (rumah) dan mengabaikan bergabung dalam pengembangan umum. Dan wanita tidak boleh menghabiskan dirinya berperan di luar (rumah) dan mengabaikan kewajibannya berketurunan dan pendidikan.” (Dhowabit Tasyghil An Nisa’ h. 10-11)

Sedikit cerita ya, dulu pernah ikut seminar. Judulnya kece banget tentang Khadijah Masa Kini. Langsung terbayang sosok bunda Khadijah yang sukses. Salah satu pengisi seminar namanya ibu Septi PW, beliau lulusan psikologi universitas terbaik negeri ini dan memilih untuk berkarir dirumah. Anak-anaknya sukses luar biasa. Ah, pokoknya keren deh. Setiap hari main sama anaknya. Belajar di museum, kebun raya, kebun binatang. Kelihatannya seru sekali yah, hehehe... Aku pengen kayak gitu, hhehehe...

Kalaupun seorang perempuan tetap memilih untuk bekerja ya silahkan, asal yang terpenting Orangtua/Suami Ridho. Terus pilih pekerjaan yang memang tidak terlalu banyak ikhtilat atau mengharuskan safar tanpa mahram. Berhijab, pilih pekerjaan yang halal, berkah dan barokah ya, anggap aja hobi yang menghasilkan uang. Jangan stress, jgn pusing. Jangan diforsir. 

Well, masihkah bermimpi besar diluar rumah atau didalam rumah muslimah? :)

Wallahualam bishowab...

Wassalamualaykum Warrohmatullohi Wabarokatuh...

Karlina Ekasari
Perempuan yang masih bekerja dan dulu bercita-cita berkarir lalu akhirnya memutuskan untuk mengubah impian menjadi ibu rumah tangga..